Dalam hidup pasti ada rintangan. Sebuah keniscayaan dalam hidup yang harus dihadapi. Pun sebagai seorang penyeru kebenaran. Jalan hidupnya tak mulus, justru banyak cobaan. Sebuah lirik lagu dari saujana agaknya yang paling pas untuk menggambarkan hal tersebut. Tapi jalan kebenaran tak akan selamanya sunyi. Ada ujian yang datang melanda, ada perangkap menunggu mangsa. Tentu bukan berarti kita menghindar menjadi seorang penyeru kebenaran dan kebaikan. Sedangkan itu adalah sebaik-baik prilaku dan perkataan. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)
Yang perlu diingat sebagai seorang agen kebaikan bahwa Allah tak akan pernah meninggalkan kita sebagai agennya.
Jika kita merasa jalan dakwah itu berat ingatlah bahwa dalam perjalanan dakwah yang kita lalui sekarang tidak ada apa-apanya dengan apa yang menimpa rasulullah dan para sahabat. Tentu kita ingat cerita dimana betapa beratnya cobaan yang rasulluah saw terima ketika menyebarkan ajaran ini. Ketika sedang berjalan tiba-tiba dilempari kotoran, ketika sholat tiba-tiba dicekik, dilempari batu hingga berdarah, tertusuk panah dibagian wajah dan banyak lagi cobaan yang beliau terima.
Adakah kita bertanya, mengapa orang yang menyeru kepada Allah jalannya tidak mudah, bukankah jika Allah swt berkehendak ia mampu membuat jalan dakwah ini menjadi mudah. Mengapa rasulullah saw tidak berdoa kepada Allah, bermunajat padanya agar dimudahkan dakwahnya?
Jawaban pertanyaan tesebut adalah bahwa sebagai seorang manusia hakikatnya ia diciptakan adalah sebagai makhluk yang terbebani untuk beribadah kepada Allah swt, sehingga melekatlah pada dirinya sifat penghambaan padaNya secara totalitas. Sehingga bentuk penghambaan tersebut sejatinya tak mengenal resiko dan kesulitan.
Tentu mudah bagi Allah jika ingin menjadikan jalan dakwah ini semudah yang kita inginkan, kalau perlu dari awalpun tak ada yang namanya kafir dan muslim. Sehingga tak perlu ada dakwah yang dilakukan oleh para agen kebaikan. Namun, sejatinya Allah ingin melihat sifat penghambaan yang terdapat pada hambaNya. Apakah ia rela berkorban dengan harta dan jiwanya sebagai tanda bahwa ia adalah sebenar-benar hamba.
Hal lain adalah perlu kita mengetahui bahwa Rasulullah saw adalah ma’sum dan jikalaupun beliau meminta kepada Allah pasti akan dikabulkan. Namun, dalam hal ini, meminta kemudahan dalam dakwahnya rasulullah tak memintanya kepada Allah swt sebagai bentuk cintanya pada umatnya. Mengapa sebagai bentuk cinta? Karena rasulullah seolah ingin menyatakan bahwa jalan dakwah para penyeru setelah beliau juga akan mengalami kesulitan dan bahwa kesulitan para pengemban dakwah setelah beliau tak sesulit apa yang beliau dan para sahabat alami sehingga para pengeban dakwah tak mengeluh dalam menyeru kepada kebenaran dan merasa bahwa apa yang mereka alami tidak seberat apa yang dialami junjungan mereka. Sehingga timbullah semangat dalam berdakwah dan sifat yang pantang menyerah bagi para pendakwah.
Jadi, jangan pernah putus semangat wahai para penyeru kebaikan dan kebenaran!
Komentar
Posting Komentar