Laa Yaghlibuhu Al-Hawaa
Dalam metodelogi sejarah, Tajj Ad-Diin As-Subki memberikan salah satu sifat yang menjadi syarat kepada seseorang yang layak dianggap sejarawan. Sifat itu adalah Laa Yaghlibuhu Al-Hawaa artinya tidak dikuasai oleh hawa nafsu.
Alamak, kayaknya selain ujian kampus, hari-hari ini kita juga sedang di uji dengan hawa nafsu kita masing-masing. Speak-up terkait kondisi Mesir akhir-akhir ini sepertinya sangat menarik. Tapi untuk apa saya menulis? Untuk apa saya mengomentari postingan saudara saya dan membantahnya? bahkan sepertinya saya menjatuhkan mertabatnya…
Jadi ingat ucap Ustadz Baba Feylian beberapa waktu lalu ketika ditanya apa yang dibutuhkan oleh para lulusan Al-Azhar? Beliau menjawab : ”Tazkiyatun Nafs”.
Bukan, saya tidak sedang membatasi pergolakan pemikiran yang terjadi, teruskan! Itu bagus sekaliii, ASELII… namun saya ingin mengingatkan diri saya sendiri bahwa jangan sampai apa yang keluar dari ucapan kita, postingan kita, dan komentar kita adalah komentar yang menjatuhkan saudara kita sendiri. Jangan kita terjerumus dalam kesesatan hawa nafsu yang sudah kita tau akhirnya adalah kehinaan.
Komentar
Posting Komentar