Dalam hidup pasti ada rintangan. Sebuah keniscayaan dalam hidup yang harus dihadapi. Pun sebagai seorang penyeru kebenaran. Jalan hidupnya tak mulus, justru banyak cobaan. Sebuah lirik lagu dari saujana agaknya yang paling pas untuk menggambarkan hal tersebut. Tapi jalan kebenaran tak akan selamanya sunyi. Ada ujian yang datang melanda, ada perangkap menunggu mangsa. Tentu bukan berarti kita menghindar menjadi seorang penyeru kebenaran dan kebaikan. Sedangkan itu adalah sebaik-baik prilaku dan perkataan. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33) Yang perlu diingat sebagai seorang agen kebaikan bahwa Allah tak akan pernah meninggalkan kita sebagai agennya. Jika kita merasa jalan dakwah itu berat ingatlah bahwa dalam perjalanan dakwah yang kita lalui sekarang tidak ada apa-apanya dengan apa yang menimpa ras
Akhir-akhir ini merasa sedih dan bingung, berfikir tentang hakikat yang membuat diri ini merasa bukan apa-apa. Dua hal yang menjadi dasar dalam hidup yang ternyata akupun belum memahami hakikat kata itu. Terngiang ucapan salah satu ustadz bahwa “jika seorang ibn athoillah as sakandari adalah orang yang mengenal tuhannya. Maka siapa kita?” Ternyata aku bukan siapa-siapa. Ya Allah, maafkan hambamu yang belum mengenalmu, padahal engkau tak penah berhenti memberikan rahmatmu kepadaku. Padahal engkau penciptaku, rajaku dan tuhanku. Maka ampuni aku ya Allah. Ya Baginda Rasulullah, Maafkan aku umatmu yang juga belum mengenalmu. Padahal engkau adalah Uswatun Hasanah bagi seluruh umat manusia. Sholawat serta salam atasmu wahai kahirul khulqi. Ya Allah, izinkan aku mengenal-Mu dan Rasul-Mu, maka mudahkanlah urusanku untuk itu.